Ini kali keduanya aku
merasakan hari raya idul adha di negeri 1000 benteng ini. Dan kali ini, aku
bisa merasakan indahnya idul adha bersama keluarga maroko. Walau jauh dari
keluarga, tapi disinilah aku menemukan hal-hal baru. Idul adha di maroko memang
lebih meriah dari pada idul fitri. Bagi mereka, ini lah hari besar umat islam
sebenarnya. Maka, jangan heran kalau 3 hari menjelang idul adha, kita sudah
melihat banyak kendaraan yang berlalu lalang membawa hewan qurban. Dan uniknya,
setiap kepala keluarga seperti di haruskan untuk membeli hewan qurban. Jadi,
orang yang sudah menikah, harus membeli domba untuk istri dan anaknya. Karena hewan
qurban yang paling populer disini adalah domba. Selain dagingnya di makan,
kulitnya bisa di samak, digunakan untuk alas lantai jika musim dingin. Tapi,
jika satu rumah ada beberapa kepala keluarga, biasanya membeli satu ekor sapi. Tak
heran jika ada pengemis yang membeli domba untuk keluarganya. Karena di maroko,
membeli hewan qurban untuk keluarga hukumnya seperti di haruskan.
Sholat idul adha pun tidak
seperti di indonesia. Jika cuaca cerah, harus di adakan di lapangan luas, jadi
semua orang di satu kota harus berkumpul dilapangan itu. Jika cuaca tidak
mendukung, maka bolehlah sholat di masjid terdekat. Karena, jika cuaca cerah,
maka masjid-masjid akan tutup. Dan ada satu lagi hal yang beda di maroko ketika
idul adha. Yaitu, domba yang mereka beli hanya di sembelih dan dagingnya di
makan oleh keluarga itu sendiri. Hanya sebagian kecil orang yang ingin berbagi
dengan fakir-miskin yang tidak membeli hewan qurban. Akan tetapi, sebagian
besar, entah kaya atau miskin, semuanya seperti di haruskan membeli hewan
qurban, jika tidak, maka itu menjadi aib keluarganya. Di hari pelaksanaan ied,
akan didahului dengan sholad ied, lalu penyembelihan hewan qurban di rumah
masing-masing. Dan selama itu, tidak boleh makan maupun minum, hingga penyambelihan
hewan qurban selesai dan diambil hati hewan itu lalu di bakar di atas
panggangan dengan bumbu garam, lada hitam, dan
kamuun (bumbu khas
maroko).
Begitulah sedikit cerita hari
raya idul adha di negeri 1000 benteng. Inilah indahnya mengenal dan merasakan
perbedaan budaya antar negara.
0 komentar:
Posting Komentar